Setelah malam itu gue sering menelfon putri, rutin 3 kali
dalam seminggu, mungkin putri sendiri sudah hafal kapan waktu gue akan telfon.
Gue bisa menghabiskan waktu berjam-jam saat menelfon putri, dan itu terasa
hanya beberapa menit saja. Saking lamanya gue nelfon putri, kita sering
kehabisan topik untuk dibicarakan. Dan kalau sudah begini gue biasa menghela
nafas panjang kemudian berdehem, putri
ikut menghela nafas dan berdehem. Mendengar deheman itu gue tertawa kecil, dan
putripun ikut tertawa kecil. Gue tanya ke putri “kenapa ketawa? Ada yang lucu?”
dengan spontan putri membalas “Lo juga kenapa ketawa? Ada yang lucu?”
lalu kita
sama-sama tertawa, mendengarkan suara tawa satu sama lain lewat telfon.
Pendekatan seperti ini sudah gue lakukan beberapa minggu dan
so far good, dan gue berniat untuk menyatakan perasaan gue ke putri dalam waktu
dekat. Gue mencari cara yang tepat untuk menembak putri. Gue sempet berfikir
untuk menembak di sekolah dengan ngomong langsung, tapi rencana ini gue
urungkan karena gue gak punya cukup keberanian untuk melakukan hal itu.
Akhirnya gue memutuskan untuk menembak putri lewat sms. Sampai sekarang gue
masih inget sms yang gue kirim untuk nembak putri. Saat itu jam setengah
sepuluh pagi, dan gue sedang di rumah kakek gue.
Sms gue :
put gue boleh cerita gak?
Sms putri :
boleh, cerita apa?
Sms gue :
jadi gini, gue lagi suka sama cewek
Sms putri :
oh gitu, terus
Sms gue :
tapi gue gak yakin kalo dia mau nerima gue pas gue tembak
Sms putri :
gapapa lagi, dicoba aja. Emang Lo suka sama siapa sih?
Sms gue :
hmm.. gimana ya. Tapi jangan dikasih tau siapa-siapa ya?
Sms putri :
iya deh gak dibilangin siapa-siapa
Sms gue :
aku suka sama kamu put, kamu mau gak jadi pacarku?
Gue langsung membalik hp setelah mengirim sms itu, gue takut
kalo balesan yang dikirim putri adalah kata “enggak”. Hp gue taroh dibawah
bantal, 1 menit nunggu belum ada balasan, 5 menit nunggu belum ada balesan, 10
menit belum ada balesan. Akhirnya gue sms lagi “kok gak dibales? Gak mau ya?”
beberapa menit setelah itu ada balasan dari putri, “eh maaf tadi gue masih di
belakang, emang kenapa lo suka sama gue”. Gue bales “soalnya kamu baik”, “Cuma
itu” balas putri. “apa lagi ya, pokoknya yang baik-baik deh”.
“hadeh... maaf
sebelumnya, gw gak mungkin nerima lo karena gue sudah punya pacar, dan gue gak
mungkin bisa menerima lo untuk jadi pacar yang kedua. Maaf ya”
Setelah membaca sms itu gue langsung lemes, rasanya hidup
udah selesai, mau ngapain aja serba gak enak. Mau makan gue inget kalo gue
barusan ditolak putri. Mau tidur gue juga inget kalo gue barusan ditolak putri.
Gak ada hal yang membuat gue lupa kalo gue barusan ditolak putri. Dan saat ini,
saat gue menulis tulisan ini gue juga ingat, gue dulu ditolak putri.