Semenjak gue tahu kalau putra
berpacaran dengan putri, gue jadi males banget kalau lihat orang pacaran.
Karena setiap gue melihat orang berpacaran gue selalu inget mereka berdua. Gue
berusaha mencari sesuatu yang bisa membuat gue lupa dengan mereka. Dan pada
saat itu temen gue Fatih mengajak gue untuk mencoba bermain game online.
Tawaran itu langsung gue iyakan, gak peduli gue suka game atau tidak, harapannya
jelas, gue pengen ngelupain putri.
Setelah beberapa hari berjalan, nampaknya gue jodoh dengan game yang ditawarin Fatih. Setiap sepulang sekolah gue gak pernah absen untuk mampir ke warnet langganan di deket sekolah, gue mulai kecanduan oleh game itu. Dan gue mulai berpikir kalau gue pergi ke warnet terus-terusan gue bisa menghabiskan uang saku untuk main doang. Disisi lain game ini udah berhasil membuat gue sedikit lupa dengan putri. Akhirnya mau tidak mau gue gak pernah jajan disekolah, gue lebih memilih untuk membelanjakan uang saku gue untuk main di warnet.
Meskipun game sudah menolong gue untuk
bisa sejenak melupakan putri, namun game itu hanya menolong saat pulang
sekolah. Gue masih belum bisa mengalihkan perhatian ke putri saat di kelas.
Mulai saat itu gue berubah menjadi anak yang sangat nakal. Entah mendapatkan
bisikan dari mana gue menjadi sering membuat bahan tertawaan dari materi yang
disampaikan guru, dan hasil yang gue dapat adalah, gue dipanggil untuk
menghadap ke ruang BP untuk pertama kalinya.
Meskipun sudah mendapatkan hukuman
dari guru BP, gue masih belum jera. Berbagai hal-hal bodoh terus gue lakukan
seperti, gue bolos sekolah untuk main game di warnet. Bolos pelajaran yang gue
gak suka lalu tidur di masjid. Gue juga pernah nglemparin speaker di sebelah
lab ipa dengan buah mangga, padahal speakernya gak salah apa-apa dan dengan
biadabnya speaker itu gue lemparin. Dan berkat ulah-ulah gue diatas, gue jadi
sering bolak-balik masuk BP untuk dihukum.
Ada sensasi berbeda yang gue rasakan
ketika menjadi anak yang nakal. Sepertinya gue bisa memperoleh kepuasan dengan
melakukan perbuatan yang diluar normal. Nampaknya putri semakin tidak suka
dengan sikap gue yang berubah menjadi nakal. Pikir gue saat itu adalah “siapa
yang peduli?” masa bodo dia mau suka, mau benci atau mau biasa aja ke gue, dan gue
gak peduli.